Langsung ke konten utama

Tenggelam di Lautan Ilmu

 

Sumber: Pinterest

Sebuah buku yang membuat saya terkesima, entah bagaimana dulu ceritanya saya menemukan buku itu. Sebuah biografi yang menenggelamkan saya dengan berbagai kejadian dan peristiwa sepanjang sejarah kehidupan sang tokoh.

Seorang anak laki-laki yang sejak kecilnya sudah mencintai buku. Dia larut dalam lautan buku di perpustakaan kecil milik ayahnya. Berjam-jam ia habiskan waktu untuk membaca di sana. Dia lebih menggemari membaca buku dari pada bermain dengan anak-anak seusianya. Sosok itu adalah Ali Syari’ati. Tokoh sosiolog Islam dari Teheran dan pernah menimba ilmu di Sorbone, Perancis.

Satu bagian dari kehidupan dia yang membuat saya takjub adalah kecintaan dia terhadap ilmu pengetahuan. Sejak belia sudah terbiasa menghabiskan waktu di perpustakaan. Banyak buku-buku penulis hebat sudah menjadi santapan dia.  Dari buku-buku sastra, sosiologi, politik, hukum, buku-buku Islam, dan juga buku-buku filsafat yang cukup berat. Padahal usianya masih terbilang anak-anak, lebih kurang sembilan tahun.

Salah satu buku sastra yang mempengaruhi pemikirannya adalah Les Misrable karya Victor Hugo (btw saya akhirnya juga membaca novel itu sejak menyelami biografi Ali Syari’ati, padahal sudah kenal lama), buku lain yang juga mempengaruhi hidupnya adalah buku tasawuf karya Maulana Jalaluddin Rumi yaitu Matsnawi, karya Fariduddin Attar Tazkirat al Auliya juga tak luput dari santapannya. Karya inilah yang sangat berjasa dalam menyelamatkan hidup Ali Syari’ati ketika ingin mengakhiri hidupnya.

Sisi lain yang juga menarik dari kehidupan sosok ini adalah saat di sekolah, dia malah dianggap anak tidak berbakat karena sering tertidur waktu pelajaran berlangsung. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah dia bosan dengan apa yang dijelaskn oleh gurunya, karena setiap yang dijelaskan oleh mereka Ali sudah lebih jauh mengetahuinya. Sebenarnya kisah ini hampir sama dengan kisah Albert enstein, yeekan..

Dari perjalanan hidup Ali ini, yang menyita perhatian saya adalah bagaimana kecerdasannya yang sangat meningkat, kualitas keilmuannya melebihi guru-gurunya, dan dikatakan bahwa kecerdasan Ali di tingkat sekolah dasar saat itu (1947) sembilan puluh sembilan (99)  kali lebih maju dibandingkan gurunya. Haahhh! inilah yang membuat saya takjub, tentu ini buah dari kegemarannya membaca buku.

Buku baginya adalah nyawa, hingga tidak pernah membuat ia bosan untuk selalu berada di perpustakaan. Hingga ia tumbuh menjadi tokoh yang disegani, dan menjadi dosen favorit pada masa itu. Ia juga salah seorang orator yang digemari di kalangan anak muda masa itu. Setiap kuliahnya selalu dibanjiri oleh kalangan anak muda. Ruang kuliahnya selalu penuh dan meluber sampai keluar. Kritikannya terhadap kondisi negara saat itu, turut berkontribusi terjadinya revolusi Islam Iran.

Satu hal yang ingin saya garis bawahi dari kisah ini, tentang bagaimana semangat membaca buku akan membawa banyak perubahan dalam hidup kita. Yang pasti akan lebih bersinar, karena gizi dan mutiara yang terpendam dalam lembaran dan halaman buku-buku terserap oleh jiwa. 

Kita juga tahu bagaimana para ulama-ulama besar terdahulu dalam meraih keilmuannya. Demikian kuat perjuangan mereka dalam menggali ilmu. Kisah imam besar Muhammad bin hasan Asy syaibani, demi bisa belajar dan memahami kitab-kitab para ulama, beliau rela tidak pernah tidur. Tidak pernah menyerah dalam berjuang. Dan tentunya ada banyak kisah para ulama besar lainnya yang mewaqafkan umurnya utk menuntut ilmu.

Jika kita kembali kepada masa dimana Rasulullah menerima wahyu pertama, Yaitu Iqra, ayat yang mengandung perintah membaca, menggali ilmu, meneliti, mengamati, merenung. Ini adalah sebagai bukti bahwa ilmu begitu penting dan sangat berperan dalam kehidupan, dan juga sarana kita dalam meraih keridhaan Allah serta meraih kebahagiaan dunia akhirat. Amiin!

Semoga kita dimampukan utk mengikuti jejak mereka yang mencintai ilmu.

Catatan saat malam mulai beranjak


 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keteladanan dari Seorang Ibu

Sebuah buku bersampul abu-abu tak ingin saya lepaskan dari genggaman, lembar demi lembar saya bacakan, hingga tersisa beberapa bab lagi. Belum sampai di bab akhir, hati saya berkata bahwa buku ini harus saya antarkan ke rumah ibu. Buku yang sangat menarik untuk dibaca. Saya yakin, ibu pasti senang bila buku ini saya bawakan untuknya. Namun pikiran saya berkecamuk antara mengantarkan ke rumah ibu atau saya selesaikan hingga halaman akhir. Akhirnya saya berinisiatif untuk langsung membawa buku itu ke rumah ibu. Tidak butuh waktu lama untuk tiba ke sana. Saya pun menyerahkan buku tersebut, terlihat ibu antusias sekali menerimanya dan langsung membuka untuk melihat daftar isinya. Ada kilatan bahagia di wajah paruh baya itu, ini menandakan bahwa buku itu begitu menggugah jiwanya. Buku yang berkisah tentang perempuan yang bergelar para wali Allah. buku yang sangat apik untuk diteladani segenap kaum wanita. Berbagai karakter untuk menjadi hamba Allah yang memiliki sikap dan karakter mul

Rumi, Syair Cinta untuk Semesta

      Judul buku: Ngaji Rumi: Kitab Cinta dan Ayat-Ayat Sufistik Penulis: Afifah Ahmad Penerbit: Afkaruna, April 2021 Tebal: 228 Hal.   Saat menerima kiriman buku ini, tak perlu menunggu lama untuk menyantap isi bukunya. Mulai dari covernya hingga halaman pertama terus menyeret saya untuk menelusuri isinya, dan mencari ulasan (pengantar) penulisnya tentang buku ini. Tulisan Afifah Ahmad dalam beberapa waktu ini telah mempengaruhi pikiran saya, bagaimana ia membawa pembacanya untuk menikmati makna dari setiap kalimat yang diungkapkannya. Dan buku ini salah satunya yang menjadi target saya untuk bisa membaca secepatnya. Afifah Ahmad yang saat ini bermukim di negeri para Mullah, telah mengantarnya bersinggungan langsung dengan teks-teks asli syair-syair Rumi dalam Bahasa Persia. Sehingga, semakin membuat buku ini demikian menarik, kajian yang bersumber dari mata air langsung kemudian diulas dengan bahasa yang lebih segar. Perjumpaan saya dengan pikiran Afifah Ahmad t

Pustaka Rumah: Awal Literasi bagi Keluarga

    Dokumen Pribadi Buku hijau dengan cover seorang laki-laki muda, telah menyedot perhatian saya untuk membacanya. Sebuah buku biografi intelektual revolusioner Ali Syari'ati. Sang sosiolog Islam. Salah satu sisi kehidupannya mencuri perhatian saya. Ia adalah seorang pecinta buku dan ilmu pengetahuan sejati. Sedari kecil Ali dibiasakan berteman dengan beragam buku bacaan oleh ayahnya. Membaca biografinya, menginspirasi saya untuk memberikan pengalaman mencintai buku-buku untuk keluarga saya. Ali kecil, hari-harinya larut dan tenggelam di antara ribuan koleksi perpustakaan pribadi ayahnya. Saat anak-anak lain seusianya asyik bermain, ia memilih membaca buku-buku sastra, seperti Les Misrable karya Victor Hugo. (sementara saya sendiri membaca buku ini saat sudah jadi mahasiswi he he). Saat tahun pertama di sekolah menengah atas, ia begitu menggandrungi membaca buku-buku filsafat, sastra, syair, ilmu sosial, dan keagamaan. Apa yang terjadi saat ia berada di sekolah? Ia justru