Dokumen Pribadi |
Buku
hijau dengan cover seorang laki-laki muda, telah menyedot perhatian saya untuk
membacanya. Sebuah buku biografi intelektual revolusioner Ali Syari'ati. Sang
sosiolog Islam. Salah satu sisi kehidupannya mencuri perhatian saya. Ia adalah
seorang pecinta buku dan ilmu pengetahuan sejati. Sedari kecil Ali dibiasakan
berteman dengan beragam buku bacaan oleh ayahnya.
Membaca
biografinya, menginspirasi saya untuk memberikan pengalaman mencintai buku-buku
untuk keluarga saya. Ali kecil, hari-harinya larut dan tenggelam di antara ribuan
koleksi perpustakaan pribadi ayahnya. Saat anak-anak lain seusianya asyik
bermain, ia memilih membaca buku-buku sastra, seperti Les Misrable karya
Victor Hugo. (sementara saya sendiri membaca buku ini saat sudah jadi mahasiswi
he he). Saat tahun pertama di sekolah menengah atas, ia begitu menggandrungi
membaca buku-buku filsafat, sastra, syair, ilmu sosial, dan keagamaan.
Apa
yang terjadi saat ia berada di sekolah? Ia justru merasa bosan dengan apa yang
ajarkan oleh para gurunya, karena pikirannya sudah lebih jauh melampaui pikiran
guru-gurunya.
Bayangkan,
kemampuan dia berpikir sembilan puluh sembilan kali lebih jauh langkahnya
dibandingkan guru-gurunya. Ini yang dikatakan oleh Ali Rahnema dalam catatan biografi
tersebut.
Apa
yang bisa kita petik dari kisah seorang Ali Syari'ati muda? bahwa ia sudah
lebih jauh berpikir melampaui usianya. Ketika ia diperkenalkan dengan berbagai
bacaan sejak dini. Sehingga ia tumbuh menjadi seorang pemikir besar di Iran.
Hal penting yang bisa kita lakukan untuk keluarga kita, terutama anak-anak. Mengenalkan
buku-buku yang baik dan bergizi sedari kecil kepada mereka akan sangat membantu
perkembangan otaknya.
Sekarang,
saatnya kita membersamai anak-anak dengan dunia literasi agar bisa melahirkan
generasi yang mencintai ilmu. Setidaknya kita mengupayakan mereka membaca satu buku dalam seminggu, atau bagi
anak yang masih membutuhkan dampingan kita, dengan cara mendongeng buat mereka.
Ini langkah awal membentuk kecintaan literasi pada anak-anak.
Orang tua adalah contoh terbaik
Pengalaman mencintai buku pada anak-anak sebaiknya memang dimulai dari orang tua. Apakah dengan membaca buku bersama mereka, mendongeng untuk mereka, apapun yang kita lakukan akan menjadi cermin dan contoh untuk anak-anak. Bagi mereka, orang tua adalah sosok pertama yang akan digugu dan ditiru.
Jika kita menginginkan anak-anak suka membaca maka pastikan diri kita terlebih dahulu mencintai buku. Sebaliknya, orang tua yang lebih sering memegang ponsel atau menonton televisi dibandingkan membaca, akan sangat sulit mengajak mereka mau membaca.
Anak-anak adalah ibarat mesin fotocopy. Mereka akan merekam apa saja yang terlihat oleh mata. Sehingga kita perlu mencontohkan dengan sikap dan prilaku agar anak-anak dengan suka rela melakukan hal yang sama. Begitupun dalam menumbuhkan kebiasaan membaca pada anak-anak. Orang tua sudah mempraktikkan lebih dulu kegiatan membaca buku pada dirinya.
Dikisahkan
oleh Faudhil Adhim dalam bukunya "Membuat Anak Gila Membaca,"
seorang ibu bernama Marcia Thomas, ia memiliki seorang anak perempuan yang
bernama Jennifer. Ia terlahir dengan Down Syndrome. Pada usia dua bulan,
Jennifer diberitahu hampir mengalami kebutaan, tuli, dan keterbelakangan mental
yang parah. Ketika dites pada usia empat tahun, IQ-nya III.
Suatu
ketika, Jennifer harus menjalani rawat inap di rumah sakit selama tujuh minggu
karena gangguan jantung dan bedah korektif. Ibunya mulai membacakan buku
untuknya selama ia masih menjalani perawatan intensif. Bahkan ibunya
meninggalkan tape berisi rekaman cerita dan meminta kepada perawat untuk
menghidupkan buat Jennifer saat orang tuanya tidak ada.
Usaha
ibunya yang begitu bersemangat dalam menumbuhkan minat baca pada anaknya tidaklah
sia-sia. Pada usia SD anaknya selalu memperoleh nilai tertinggi untuk pelajaran
membaca. Tidak ada kegemaran yang lebih disukai oleh Jennifer melebihi dari membaca
buku.
Kisah
Jennifer ini menjelaskan bahwa membacakan buku "Reading Aloud"
kepada anak-anak, tidak hanya menumbuhkan minat baca yang tinggi. Namun lebih
dari itu, bahwa ia bisa meningkatkan kecerdasan anak dan juga bisa digunakan
sebagai terapi untuk anak-anak bermasalah.
Memulai
dari rumah
Lingkungan
pembelajaran pertama yang dikenal anak-anak adalah rumah. Kita mencoba untuk
memberikan yang terbaik bagi mereka. Anak-anak yang dibiasakan hidup dan tumbuh
dengan buku akan lebih mencintai buku dibandingkan yang lainnya.
Kita
bisa memulainya dengan meletakkan buku-buku kesukaan mereka di sudut atau pojok
rumah yang biasa mereka jadikan tempat bermain. Kita juga bisa mengisi rak-rak
buku dengan buku cerita kesayangan mereka. Pada akhirnya, anak-anak menjadi terbiasa
melihat pemandangan buku di setiap sudut rumahnya.
Dokumen Pribadi |
Membuat
perpustakaan mini di salah satu sudut rumah adalah salah satu cara membentuk kecintaan anak-anak terhadap buku. Sebuah upaya memberikan pemahaman kepada anak-anak bahwa buku adalah hal penting yang harus selalu diutamakan.
Hal ini sejalan dengan apa yang telah disampaikan Al-Qur'an. Sebagai wahyu pertama, yaitu Iqra'. Al-Qur'an menggarisbawahi pentingnya membaca dan memilih bahan bacaan yang tepat dan bermakna. Membaca mengantarkan manusia mencapai derajat kemanusiaan yang tinggi.
Semoga anak-anak kita akan menjadi generasi yang membentuk peradaban dengan kualitas terbaik sesuai yang diserukan oleh Rasulullah saw. Wallahu 'alam.
Banda
Aceh, 28 November 2021.
Referensi
bacaan:
Dr.
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Bandung, Mizan,2003
Ali
Rahnema, Ali Syari'ati Biografi Politik Intelektual Revolusianer, Jakarta,
Erlangga.2000
Muhammad
Faudhil Adhim, Membuat Anak Gila Membaca, Bandung, Mizan. 2004
Ibunda
Aini, Membaca dan Menulis Seasyik Bermain, Bandung, Read Publishing, 2006
Betul mbak..sedari kecil anak sebaiknya dibiasakan dengan kegiatan literasi, dan orang tua adalah teladan yang terbaik. Trims infonya...
BalasHapusSama-sama Mba, moga bermanfaat
HapusIqro, wahyu pertama yg memerintahkan untuk membaca. Penting banget untuk kehidupan manusia, dahulu, kini, dan nanti. 😄
BalasHapusYap, Benar skali Mba
HapusTamparan sekaligus penyemangat buat saya yang masih memulai semua dari nol
BalasHapusmenyicil sedikit-sedikit ya Mba..
HapusDulu saya kalau membaca liat daftar isi sudah liat itu liat gambar nya artinya membaca yang menarik aja tapi sekarang Al hamdulillah mulai baca awal samapai akhir
BalasHapusKalau saya bacanya kadang dicicil Mba..
HapusJadi tertarik untuk membaca bukunya
BalasHapusBukunya keren skali Mba
Hapusterharu baca kisah Jennifer.. read aloud ternyata jd terapinya
BalasHapusIya Mba.. say dulu waktu pertama sekali baca juga terharu. demikian dahsyat pengaruh membaca bagi otak manusia
HapusSetuju banget ini... memang di zaman sekarang penting banget mengenalkan kepada anak bab literasi biar nggak nunduk terus ke hp. :D
BalasHapusIya benar mba..
HapusBeruntung sekali karena dekat dengan buku sedari kecil. Les miserables sudah ada terjemahannya belum kak?
BalasHapusSudah ada dek, udah lama malah
HapusSubhanallah, aku jadi kagum dengan Ali, sangat inspiratif untuk aku. Jujur aja aku juga baru sadar ketika umur 20 an bahwa baca itu sangat penting dan membuka pikiran. Aku pun sekarang lebih doyan baca daripada liat gadget. Memang perkembangan otak anak lebih bagus ketika diajak membaca dan mendengarkan cerita ya, ini bisa jadi contoh untuk nanti kalau aku mau punya anak.
BalasHapusIyap, mari kita galakkan membaca dalam keluarga kita. saya pun selalu berusaha untuk melakukan itu. Alhamdulillah luar biasa perkembangan anak..
HapusMasyaAllah, betapa kerennya ibu yang bisa membuat putra putrinya mencintai buku
BalasHapusiya benar, kita pun juga bisa melakukannya, tetap semangat
HapusMantap. Terima kasih. Buku-buku saya di rumah masih berantakan🤭
BalasHapusMari kita rapikan Mba Nitis he he
HapusTerimakasih untuk remindernya mba ❤ Sangat sepakat, mulai kebiasaan baik itu dari diri kita sendiri, karena anak-anak adalah sebaik-baik peniru yg ulung. Apa yg kita baca dan apa yg kita lakukan akan diduplikasi dengan mudah oleh anak-anak kita.
BalasHapusIyap, bener banget mba Iin
HapusSetuju sekali dengan sharingnya mbak Soraya
BalasHapusmembiasakan anak membaca dengan memberi contoh memang cara paling mujarab yang harusnya dilakukan seluruh orang tua
Orang tua teladan bagi anak-anaknya ya Mba..
HapusSepakat mbak..children see children do ya mbak..
BalasHapusBagaimana anak melihat kita lebih suka baca buku atau gadget itu juga akan ditiru..
Iya Bener Mba, anak macam mesin foto kopi ya
HapusHmm...mungkim itulah kenapa membaca juga harus disesuaikan, biar gak melesat kejauhan dari guru😄
BalasHapushe he he.. tapi ga pa pa biar semua semakin cerdas
HapusSetuju mba... bahwa membangun budaya membaca pada anak memang diawali dari keteladanan dan lingkungan yang dibangun orang tua di rumah.
BalasHapusIyap, benar sekali
HapusSetuju mbak! Aku merasakan manfaatnya utk anak2ku sekarang. Yang pertama jadi punya celetukan2 ajaib yg kupikir blum ada pada anak seusianya. Memiliki ketertarikan belajar membaca sendiri juga. 😊
BalasHapusPengalaman yang sama mba Nurul...
HapusSetuju banget. Anak kedua saya dari bayik udah seneng baca, berlanjut sampai besar. Kalau dibelikan buku why, bisa dibaca berulang kali
BalasHapusMasya Allah, keren ya Mba
HapusAku seneng liat rak bukunya mbak, bersih dan rapi.
BalasHapusTrimakasih he he
HapusSejak usia 6 bulan anakku juga sudah aku kenalin dengan buku mba. Dan sekarang di usianya yang 2 tahun juga suka membaca, dan minta saya bacakan dengan read aloud.
BalasHapusEfeknya luar biasa ya mab
Hapus