Langsung ke konten utama

Cerita Tentang Seorang Penulis Favorit

 

Sumber gambar: Pinterest 

Malam ini saya kembali bergulat dengan tugas rutin, yaitu menulis dan menyelesaikan tugas beberapa kelas. Membuat target adalah usaha saya untuk membuat semangat menulis kembali bangkit. Sekian lama tidak ada tugas yang terselesaikan tapi malam ini, saya benar-benar ingin menghabiskan sisa malam untuk menulis.

Saya sempat berpikir bagaimana bisa menjadi seorang penulis professional, penulis biografi, content writing, esais, dan juga seorang penulis yang punya pengaruh. Dulu, saya membayangkan bisa menjadi penulis biografi tokoh terkenal. Woowww, gimana rasanya ya?? Saya berharap bisa menuliskan tentang sosok yang paling saya idolakan. Bagaimana saya bisa bertemu dan menuliskan tentang hidupnya. Ini sangat membahagiakan sekaligus membanggakan. Seseorang yang memiliki kualitas dan kecerdasan yang luar biasa. Saya bisa mengenal seluruh kehidupannya dan tentunya akan bertemu berbagai pelajaran dan hikmah hidup orang tersebut . Begitulah mimpi saya.

Biografi sendiri, menuliskan perjalanan kehidupan seseorang yang menginspirasi, unik, menarik dan berpengaruh bagi kehidupan sekitarnya. Sehingga dengan membaca biografinya orang bisa banyak belajar dari dirinya. Saya membayangkan bagaimana diri saya memiliki kemampuan yang mumpuni sehingga ada orang yang tertarik untuk memakai jasa saya dan menuliskan kehidupan dirinya.

Tentunya bukan sembarang orang, seorang penulis biografi harus punya kekhasan dan kemampuan dalam menulis. Ia mampu menempatkan dirinya dengan klaen yang ingin memakai jasanya sehingga bisa mengungkap sisi yang selama ini tersembunyi, kemampuan inilah yang harus saya miliki.

Menulis, iya menulis. Saya harus menjadikan diri yang memiliki kualitas sehingga akan pantas dipinang oleh orang hebat untuk menuliskan kehidupannya yang penuh keajaiban. 

Bagaimana memantaskan diri? Lakukanlah dan terapkanlah ilmu dari guru dan mentor yang sudah mendidikmu selama ini.  Latihan serta terus berproses untuk bisa menjadi mahir dan pantas untuk diajak bekerja sama.

Yessss.. cuatkan potensimu, maksimalkan kualitas dirimu untuk menjadi bersinar dengan bidang yang sudah mulai kamu tekuni. Menulislah setiap hari, untuk melenturkan jari dan pikiranmu sehingga akan melahirkan tulisan yang mengalir dan memiliki ciri khas tersendiri. Ini nasehat saya pada diri sendiri.

Sebenarnya, saya banyak belajar tentang menulis dari seorang teman, ia menetap di negeri para Mullah, yang terkenal dengan kehidupan sastranya yang tinggi. Negeri Persia.

 Tulisan-tulisannya telah mempengaruhi diri saya. Ia mampu mengungkap hal-hal sederhana dengan indah. Sekaligus menuliskan tema yang berat menjadi demikian sederhana dan mudah dipahami. Nah, inilah yang membuat saya demikian terpesona dengan gaya menulisnya.

Ia telah menghasilkan dua buku yang cukup bagus serta ratusan artikel yang kaya akan makna tentang karya sastra sufistik. Ia termasuk seorang penerjemah dari karya-karya puitis Jalaluddin Rumi.

 Untuk kedua bukunya, saya sudah membacanya. Tulisan-tulisannya memiliki ciri khas yang membedakan dengan penulis lain. Ia mampu menuangkan setiap ide dengan sangat unik. Ini yang saya suka. 

Bahkan status di Face Booknya juga demikian bermakna. Ia mampu menuangkan artikelnya dengan lebih luas dan memiliki makna mendalam. Dan yang saya lakukan adalah menyimpannya agar saya bisa belajar dari cara ia menulis dan membangun argument. Tentunya atas izin dia.

Beruntung saya bisa menjalin hubungan pertemanan dengannya, ia begitu berbakat dalam menulis dan memiliki kualitas yang baik. Wawasannya juga luas, berbagai persoalan bisa diulas dengan gaya yang khas. Namun yang menjadi perhatian saya adalah teknik menulisnya. Kalau boleh saya bilang, ia mampu menulis dengan teknik storytelling yang kuat, sehingga tidak membosankan setiap ulasannya. Walapuan materi yang berat tapi bisa ditulis dengan apik menggunakan bahasa yang renyah.

Apa yang saya lakukan serta bagaimana belajar dari sosok seorang penulis favorit?

Menulis malam ini adalah upaya saya untuk melatih diri agar bisa mahir. Sehingga saya bisa menulis tentang tema apa saja dengan lebih baik. Nilai apa yang saya temukan dan pesan apa yang ingin saya sampaikan, ini menjadi point penting dalam menulis.  

Sejatinya  menulis itu tidak sekali jadi, ia butuh pengulangan, dan butuh editing agar tulisan kita tampil dengan baik, serta bisa diterima oleh pembaca dengan mudah. Ini memang tidak gampang, karena ia butuh latihan dan proses panjang untuk bisa menjadi berkualitas dalam menulis serta mengalir dengan indah. Tetapi juga bisa diterima oleh pembaca. 

Demikian ilmu yang terus saya praktikkan dalam menulis. Memiliki model atau seseorang yang kita anggap bisa menjadi guru dalam kita menulis, itu akan lebih baik. Karena kita bisa belajar dari apa yang dituliskannya dan bagaimana ia menuangkan sebuah ide dalam tulisan yang bagus. 

Dan pada akhirnya, suatu hari kelak kita juga akan memiliki gaya khas menulis tersendiri seiring perjalanan dan proses yang terus menerus kita lakukan. Kita juga akan bisa menjadi penulis professional sebagaimana mimpi yang kita bangun.

 

Coretan di ujung malam, 17 Sep 2023

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keteladanan dari Seorang Ibu

Sebuah buku bersampul abu-abu tak ingin saya lepaskan dari genggaman, lembar demi lembar saya bacakan, hingga tersisa beberapa bab lagi. Belum sampai di bab akhir, hati saya berkata bahwa buku ini harus saya antarkan ke rumah ibu. Buku yang sangat menarik untuk dibaca. Saya yakin, ibu pasti senang bila buku ini saya bawakan untuknya. Namun pikiran saya berkecamuk antara mengantarkan ke rumah ibu atau saya selesaikan hingga halaman akhir. Akhirnya saya berinisiatif untuk langsung membawa buku itu ke rumah ibu. Tidak butuh waktu lama untuk tiba ke sana. Saya pun menyerahkan buku tersebut, terlihat ibu antusias sekali menerimanya dan langsung membuka untuk melihat daftar isinya. Ada kilatan bahagia di wajah paruh baya itu, ini menandakan bahwa buku itu begitu menggugah jiwanya. Buku yang berkisah tentang perempuan yang bergelar para wali Allah. buku yang sangat apik untuk diteladani segenap kaum wanita. Berbagai karakter untuk menjadi hamba Allah yang memiliki sikap dan karakter mul

Rumi, Syair Cinta untuk Semesta

      Judul buku: Ngaji Rumi: Kitab Cinta dan Ayat-Ayat Sufistik Penulis: Afifah Ahmad Penerbit: Afkaruna, April 2021 Tebal: 228 Hal.   Saat menerima kiriman buku ini, tak perlu menunggu lama untuk menyantap isi bukunya. Mulai dari covernya hingga halaman pertama terus menyeret saya untuk menelusuri isinya, dan mencari ulasan (pengantar) penulisnya tentang buku ini. Tulisan Afifah Ahmad dalam beberapa waktu ini telah mempengaruhi pikiran saya, bagaimana ia membawa pembacanya untuk menikmati makna dari setiap kalimat yang diungkapkannya. Dan buku ini salah satunya yang menjadi target saya untuk bisa membaca secepatnya. Afifah Ahmad yang saat ini bermukim di negeri para Mullah, telah mengantarnya bersinggungan langsung dengan teks-teks asli syair-syair Rumi dalam Bahasa Persia. Sehingga, semakin membuat buku ini demikian menarik, kajian yang bersumber dari mata air langsung kemudian diulas dengan bahasa yang lebih segar. Perjumpaan saya dengan pikiran Afifah Ahmad t

Pustaka Rumah: Awal Literasi bagi Keluarga

    Dokumen Pribadi Buku hijau dengan cover seorang laki-laki muda, telah menyedot perhatian saya untuk membacanya. Sebuah buku biografi intelektual revolusioner Ali Syari'ati. Sang sosiolog Islam. Salah satu sisi kehidupannya mencuri perhatian saya. Ia adalah seorang pecinta buku dan ilmu pengetahuan sejati. Sedari kecil Ali dibiasakan berteman dengan beragam buku bacaan oleh ayahnya. Membaca biografinya, menginspirasi saya untuk memberikan pengalaman mencintai buku-buku untuk keluarga saya. Ali kecil, hari-harinya larut dan tenggelam di antara ribuan koleksi perpustakaan pribadi ayahnya. Saat anak-anak lain seusianya asyik bermain, ia memilih membaca buku-buku sastra, seperti Les Misrable karya Victor Hugo. (sementara saya sendiri membaca buku ini saat sudah jadi mahasiswi he he). Saat tahun pertama di sekolah menengah atas, ia begitu menggandrungi membaca buku-buku filsafat, sastra, syair, ilmu sosial, dan keagamaan. Apa yang terjadi saat ia berada di sekolah? Ia justru