Langsung ke konten utama

Tips Lancar Menulis dari Natalie Goldberg

 

Sumber Gambar: Pixabay
                                                    


Hai, Girls!

Sudahkah menulis hari ini? lancarkah atau sering macet saat tangan mulai menulis?

Menulis, bagi sebagian orang terasa sulit dan tidak mudah. Seringkali ide yang datang cukup banyak, tapi saat mulai menulis semua buyar, tidak mampu menuangkan dengan lancar. Lalu bagaimanakah agar kita mampu menuangkan ide dengan mudah dan lancar?

Berikut beberapa tips lancar menulis dari seorang instruktur menulis terlaris di AS, Natalie Goldberg. Ia pencetus metode revolusioner "menulis bebas". Natalie juga seorang penyair dan pengajar berbagai workshop menulis.

Yuk! disimak tips lancar menulis dari Natalie:

1.  

Menulis Sebagai Bentuk Latihan

    Untuk lancar menulis, kita membutuhkan latihan. Karena latihanlah yang akan membentuk otot-otot kepenulisan kita menjadi terasah dan mahir. Natalie mengatakan, membiasakan diri menulis setiap hari hal yang sangat penting, agar otot menulis menjadi lentur. Bahkan Natalie sendiri, untuk melatih dirinya dalam menulis, ia biasanya menghabiskan satu buku catatan dalam sebulan. Ia menulis apapun yang terpikir, sejelek apapun, ia terus menulis hingga selesai satu buku. Tujuannya adalah membiasakan diri menulis setiap hari. Menulis menurutnya seperti berlari, menari, melukis, atau apapun jenis aktivitas yang kita jalankan, semuanya butuh latihan. Semakin sering kita melakukannya, maka akan semakin baik hasilnya.

    Menulis bukanlah bakat semata. Namun ia dibentuk oleh ketekunan. Teruslah lakukan itu. Latihan menulis adalah pemanasan untuk apapun yang ingin kita tuliskan. Kepercayaan yang sudah kita bangun itu, bisa kita fokuskan untuk menulis novel, memoar, surat bisnis, Tesis, Disertasi Ph.D, dan lain sebagainya. Latihan itulah yang akan menjaga kita siap untuk menulis kapanpun dan apapun.

2. Membuat Daftar Ide untuk Latihan Menulis

    Kadang kita duduk di depan kertas kosong atau layar laptop tanpa bisa menulis sebaris kata pun. Pikiran kosong, tak ada ide sama sekali, ini membuat kondisi malah menakutkan bagi kita yang masih pemula. Ada baiknya, mulai sekarang kita mencoba menyimpan ide-ide yang berkeliaran di kepala. Menyimpannya dalam daftar catatan kita. Bila saatnya menulis, kita tidak kewalahan lagi dan pusing karena tidak punya ide untuk dituliskan.

   Menyimpan daftar ide-ide akan memudahkan kita untuk menulis. Saat mau menulis, kita akan memilih ide yang sudah tersimpan. Itulah pentingnya bank ide, agar memudahkan kita saat hendak meng-eksekusi.

3. Menulis Seperti Memompa Air Tanah

    Dalam menulis, jangan khawatirkan soal bakat atau kemampuan, itu akan tumbuh seiring latihan yang tekun kita lakukan. Natalie mengutip kata Roshi Katagiri bahwa, "bakat itu seperti memompa air tanah. Tidak seorang pun yang memilikinya, namun siapa pun boleh mengambilnya." Siapapun bisa mengambilnya dengan usaha dan latihan, maka ia akan mengalir ke arah kita. Latihanlah yang akan menderaskan aliran kemampuan kepada siapa pun.

4. Membuat Kompos

   Dalam istilah Natalie, proses menulis yang kita lakukan setiap hari adalah penumpukan kompos, mengumpulkan berbagai pikiran serta ide-ide dari otak kita, selanjutnya dituliskan. Kita akan menguraikan sampah-sampah pikiran kita. Kemudian menyaring berbagai pengalaman dan pikiran-pikiran yang sudah dikumpulkan.

    Pada saatnya nanti, akan diperoleh inti sari dari kompos pikiran kita, dari sampah ide dan pikiran yang makin subur dan bermekaran berbagai tulisan, seperti puisi, essay-essay, novel, dan kisah-kisah lainnya. Siapapun harus terus berlatih, tidak ada alasan untuk berhenti. Kita terus berupaya membuat kompos, hingga suatu saat akan tumbuh yang indah dari ketekunan menulis.

    Inilah beberapa tips menulis hebat dari Natalie. Siapa pun yang ingin menjadi penulis, tips ini bisa menjadi landasan untuk terus menggerakkan tangannya. Menulis dan selalu berlatih setiap saat, hingga lahir tulisan-tulisan yang berkualitas. 


Banda Aceh, 17 Oktober 2021


    Sumber referensi: Natalie Goldberg, Alirkan Jati Dirimu, Bandung, Mizan, 2005.


Komentar

  1. Tips yang memang jitu dan bermanfaat. Satu lagi yang mungkin bisa ditambah adalah tidak membiasakan diri menunda karena biasanya hal ini bisa menghambat ritme kita berpikir dan bekerja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mba Annie, menunda memang bikin hancur semua program yang sdh kita buat. susah sekali menghilangkan sifat itu. moga bisa Ya Allah untuk melawannya..
      mkasih mba Annie udah mampir.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keteladanan dari Seorang Ibu

Sebuah buku bersampul abu-abu tak ingin saya lepaskan dari genggaman, lembar demi lembar saya bacakan, hingga tersisa beberapa bab lagi. Belum sampai di bab akhir, hati saya berkata bahwa buku ini harus saya antarkan ke rumah ibu. Buku yang sangat menarik untuk dibaca. Saya yakin, ibu pasti senang bila buku ini saya bawakan untuknya. Namun pikiran saya berkecamuk antara mengantarkan ke rumah ibu atau saya selesaikan hingga halaman akhir. Akhirnya saya berinisiatif untuk langsung membawa buku itu ke rumah ibu. Tidak butuh waktu lama untuk tiba ke sana. Saya pun menyerahkan buku tersebut, terlihat ibu antusias sekali menerimanya dan langsung membuka untuk melihat daftar isinya. Ada kilatan bahagia di wajah paruh baya itu, ini menandakan bahwa buku itu begitu menggugah jiwanya. Buku yang berkisah tentang perempuan yang bergelar para wali Allah. buku yang sangat apik untuk diteladani segenap kaum wanita. Berbagai karakter untuk menjadi hamba Allah yang memiliki sikap dan karakter mul

Rumi, Syair Cinta untuk Semesta

      Judul buku: Ngaji Rumi: Kitab Cinta dan Ayat-Ayat Sufistik Penulis: Afifah Ahmad Penerbit: Afkaruna, April 2021 Tebal: 228 Hal.   Saat menerima kiriman buku ini, tak perlu menunggu lama untuk menyantap isi bukunya. Mulai dari covernya hingga halaman pertama terus menyeret saya untuk menelusuri isinya, dan mencari ulasan (pengantar) penulisnya tentang buku ini. Tulisan Afifah Ahmad dalam beberapa waktu ini telah mempengaruhi pikiran saya, bagaimana ia membawa pembacanya untuk menikmati makna dari setiap kalimat yang diungkapkannya. Dan buku ini salah satunya yang menjadi target saya untuk bisa membaca secepatnya. Afifah Ahmad yang saat ini bermukim di negeri para Mullah, telah mengantarnya bersinggungan langsung dengan teks-teks asli syair-syair Rumi dalam Bahasa Persia. Sehingga, semakin membuat buku ini demikian menarik, kajian yang bersumber dari mata air langsung kemudian diulas dengan bahasa yang lebih segar. Perjumpaan saya dengan pikiran Afifah Ahmad t

Pustaka Rumah: Awal Literasi bagi Keluarga

    Dokumen Pribadi Buku hijau dengan cover seorang laki-laki muda, telah menyedot perhatian saya untuk membacanya. Sebuah buku biografi intelektual revolusioner Ali Syari'ati. Sang sosiolog Islam. Salah satu sisi kehidupannya mencuri perhatian saya. Ia adalah seorang pecinta buku dan ilmu pengetahuan sejati. Sedari kecil Ali dibiasakan berteman dengan beragam buku bacaan oleh ayahnya. Membaca biografinya, menginspirasi saya untuk memberikan pengalaman mencintai buku-buku untuk keluarga saya. Ali kecil, hari-harinya larut dan tenggelam di antara ribuan koleksi perpustakaan pribadi ayahnya. Saat anak-anak lain seusianya asyik bermain, ia memilih membaca buku-buku sastra, seperti Les Misrable karya Victor Hugo. (sementara saya sendiri membaca buku ini saat sudah jadi mahasiswi he he). Saat tahun pertama di sekolah menengah atas, ia begitu menggandrungi membaca buku-buku filsafat, sastra, syair, ilmu sosial, dan keagamaan. Apa yang terjadi saat ia berada di sekolah? Ia justru