
Sumber gambar: Pinterest

Sumber gambar: Pinterest
Sebuah kisah yang pernah ada dalam perjalanan panjang hidup kita. Mengapa cerita itu selalu muncul dalam ingatan? Apakah ia terlalu penting hingga selalu muncul di kepala kita? Bayangkan kisah itu selalu mempengaruhi setiap kali kita berada di suatu tempat, baik itu di rumah, di perjalanan, di tempat kerja, terlebih bila kisah itu bersinggungan dengan sesuatu, moment tertentu, atau seseorang yang sedikit banyak menjadi bagian penting dalam hidup kita.
Kadang, mengingat bagaimana cerita itu mempengaruhi pikiran hingga dewasa dan menjadi bagian penting dalam perjalanan perubahan hidup, bisa menjadi penting. Ini akan menjadi sebuah moment yang akan sulit dilupakan. Bagaimana jika kisah itu juga memberi isnpirasi bagi yang lain. Tidakkah kita ingin menuliskannya? Bisa jadi cerita kita memberi rasa bahagia dan membawa kebaikan untuk orang-orang di sekitar kita. Tidak ada salahnya kita menuliskannya.
Saya juga ingin menuangkan sebuah pengalaman yang hingga sekarang masih sangat membekas dalam diri saya, dan bahkan ikut mempengaruhi hidup saya sampai sekarang.
Saya ingat dulu, ketika masih TK. Saya dipilih oleh guru untuk mengikuti perlombaan menari ditingkat TK di wilayah kota. Setiap hari kami berlatih dan sepanjang latihan saya begitu suka dengan musik yang mengiringi tarian itu. Wajah saya tidak lepas dari senyuman, saya memutar, mengangkat tangan kiri dan tangan kanan menopang di pinggang sambil terus bergoyang.
Rasanya tidak ingin berakhir. Demikianlah, saya selalu riang gembira ketika mengikuti setiap gerak tarian. Sambil terus memperhatikan ibu guru yang berada di depan kami yang memeragakan tarian yang harus kami ikuti. Hampir setiap hari kami berlatih bersama.
Hingga tiba hari yang sudah ditentukan, kami akan ikut lomba. Pada hari itu juga, nenek saya memutuskan untuk tidak mengizinkan saya mengikuti acara tersebut. Sebenarnya, nenek sudah melarang saya untuk ikut tarian jauh-jauh hari. Hal ini juga sudah beliau utarakan kepada ibu, tetapi ibu masih membolehkan karena ini hanya untuk anak-anak. Namun nenek tetap tidak memperbolehkan saya ikutan menari karena itu tidaklah baik dan dilarang dalam agama kita.
Nenek memiliki alasan kuat untuk tidak mengizinkan saya mengikuti perlombaan tarian. Apalagi sampai harus menari-nari di depan orang ramai. Ini sungguh tidak elok dan sangat dilarang menurut nenek. Jadilah, saya tidak diperbolehkan untuk ikut dalam lomba menari tersebut.
Namun ketika hari menjelang siang, tiba-tiba guru menari saya sudah datang ke rumah lengkap dengan aseksoris tarian dan pakaian yang harus saya kenakan, akan tetapi nenek bersikeras untuk tidak memberikan izin saya mengikuti acara tersebut. Berhubung yang menjaga saya waktu itu nenek, karena ibu mengajar hingga habis zuhur dan ayah saya bekerja di kantor hingga siang juga. Jadilah semua izin saya keluar rumah dalam tanggung jawab nenek.
Guru saya mencoba menjelaskan dengan bijak. Saya masih ingat wajah ibu guru saya saat menerangkan kepada nenek tentang alasan guru datang dan mengajak saya untuk bisa ikut dalam perlombaan yang sebentar lagi akan tampil. Wajahnya penuh senyum dan tulus.
Awalnya nenek tetap dengan prinsipnya, tidak boleh perempuan menari-nari, apalagi di depan umum. Dengan kesabarannya, guru saya bisa meyakinkan nenek bahwa ini hanya sekadar hiburan untuk anak-anak. Tidak ada maksud lain. Ditambah lagi umur saya yang masih kecil dan tidak juga memakai pakaian yang terbuka dan tidak sopan.
Akhirnya, hati nenek luluh. Beliau hanya mengizinkan untuk kali ini saja. Dengan wajah tersenyum manis ibu guru meminta izin pamit kepada nenek. Beliau menggandeng tangan saya dan membawa saya menuju tempat perlombaan tersebut.
Di sana sudah berkumpul semua peserta, juga dari sekolah kami. Mereka sudah siap tampil dengan beraneka model pakaian dan penampilan yang menarik. Ibu guru membawa saya ke ruang belakang dan mendandani saya seperti peserta lain. Beliau selalu tersenyum dan memberi saya semangat untuk tidak boleh takut. Saya mengangguk dengan penuh keyakinan. Saya memastikan bahwa saya juga bisa tampil dengan baik.
Sambil mengacungkan dua jempol kepada ibu guru, saya bersiap bergabung dengan teman-teman yang lain. Sebentar lagi giliran naik ke atas panggung. Saya sedikit agak gugup tetapi bisa tenang kembali ketika salah satu teman menggenggam tangan saya. Akhirnya, tiba waktu kami untuk pentas, berada di atas panggung dan mulai dengan mengikuti musik yang diputar, semua kami yang tampil bisa membawakan tarian dengan gemulai dan serempak, hingga berakhir dengan lancar.
Saat turun dari panggung, ibu guru menyambut kami dengan pelukan hangat. Beliau mengatakan, “Kalian hebat dan luar biasa”
Ini adalah sebuah kenangan yang hingga sekarang masih saya ingat.
Hal lain, yang saya ingat selalu adalah ketegasan nenek saya yang telah mengajarkan saya untuk terus memegang keyakinan tentang nilai-nilai agama yang kuat, tapi percayalah bahwa kita akan tetap bisa berbuat banyak untuk menjadi diri kita yang sukses kelak dengan tetap teguh pada prinsip.
Setiap orang tua memiliki nilai-nilai dan keyakinan yang dipegang teguh. Larangan bisa menjadi cerminan dari upaya nenek saya untuk menanamkan nilai-nilai agama dan etika yang beliau yakini, dan saya sebagai cucunya menjadi harapan beliau untuk selalu melangkah dengan memegang keyakinan tersebut ketika dewasa kelak. Dan pengalaman ini terus menjadi pengingat, dimanapun saya berada, bahkan hingga saya dewasa.
* * *
Ini adalah tentang cerita bagaimana kita memulai menulis dengan mengingat cerita atau pengalaman masa lalu. Ketika kita memulai dengan “Saya Ingat” akan membuka banyak ide dan cerita yang pernah kita alami. Sehingga selalu muncul dalam ingatan. Nah, dari sanalah kita bisa memulai kisah dan menuangkannya dalam tulisan yang menarik. Memulai menulis dengan pengalaman akan terasa lebih menyentuh karena kita pernah ada dalam cerita tersebut.
Coba kita list beberapa cerita yang bisa kita tuliskan dengan “Saya ingat”
Saya ingat buku cerita yang saya baca waktu kecil dulu, masih saja lengket di kepala
saya…
- Saya ingat ketika hari pertama saya duduk di bangku SMA..
- Saya ingat ketika hari pertama masuk ke pondok…
- Saya ingat pertama kali melanggar aturan di pondok, sehingga mendapat hukuman untuk membersihkan kamar mandi dan toilet…
Dan masih banyak lagi “saya ingat” lainnya, sehingga membentuk cerita kita. Menulis frase “Saya ingat” juga akan sangat membantu kita untuk mengatasi writer’s block. Kita selalu bisa menulis sesuatu dengan menggunakan frase itu. Semoga banyak cerita setiap harinya yang bisa kita tuangkan dengan frase “Saya ingat”
Posting Komentar