Rahasia Produktif Menulis Setiap Hari



 

Semangat menulis, bisa dibilang semacam Inspirasi yang datang dalam hidup saya. Ia bisa datang dengan mudah tapi bisa juga pergi dengan cepat. Ada waktu, saya sudah duduk di depan laptop, tapi hanya bisa menatap layar kosong, tidak ada ide yang hadir di kepala, kata-kata rasanya enggan keluar. Kadang juga sudah menulis beberapa kalimat tapi tidak bisa melanjutkan, akhirnya saya menyerah he he

Di lain waktu, karena ada kesibukan dan minimnya ide membuat saya juga absen menulis selama  berhari-hari. Dan berbagai alasan muncul untuk membenarkan kemalasan yang tengah terjadi pada diri saya.

Namun, sebagai seseorang yang sudah bertekad untuk berkecimpung di dunia menulis, dan sebagai seorang yang berkiprah di dunia Pendidikan dan memiliki tanggung jawab akademik, tentunya menulis adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan saya.

Tidak mungkin saya membiarkan kondisi kosong tanpa ada tulisan yang dihasilkan, justru ini akan merugikan diri sendiri dan bisa membuat kepanikan di akhir semester saat tenggat waktu pelaporan tiba.

Saya harus punya kontrol yang jelas, alih-alih menunggu datangnya inspirasi, saya fokus pada pembentukan disiplin dan kebiasaan menulis yang lebih produktif. Berikut beberapa hal penting yang menurut saya perlu saya praktikkan:

Menemukan Alasan Mengapa Saya Harus Menulis

 

Saya ingat dengan ucapan imam Al-Ghazali, “bila kamu bukan anak raja dan bukan anak seorang ulama, maka menulislah”. Setidaknya, rakyat jelata seperti saya ini, kalimat itu menjadi alasan kuat  mengapa saya harus menulis. Alasan bukan hal sepele, karena ia adalah kekuatan di balik setiap kalimat yang saya hadirkan. 


Memiliki alasan kuat dalam diri saya adalah suatu keharusan. Sebelum berkecimpung dalam dunia menulis atau bahkan ketika kegiatan menulis menjadi rutinitas keseharian saya. Alasan yang saya miliki menjadi pendorong yang ampuh untuk membangkitkan semangat menulis. 


Ibarat kenderaan, untuk bisa jalan maka harus ada bahan bakar. Begitu juga dengan menulis, alasan merupakan bahan bakar yang bisa menyulutkan kekuatan sehingga mendorong saya untuk terus menulis.


 




Mengasah Inspirasi untuk Menemukan Ide Menulis

 

Bagi saya, tantangan terberat dalam menulis adalah mencari ide. Sering kali, ketika saya ingin memulai, pikiran saya buntu. Saya akhirnya belajar bahwa inspirasi itu tidak datang begitu saja. Kita harus aktif mencarinya, memancingnya, dan menggalinya dari setiap detail kecil yang kita temui dalam hidup.

 

Sesekali, atau bahkan perlu lebih sering, kita melatih diri untuk mengamati, memperhatikan, dan mendengarkan apa pun yang ada di sekitar. Dari percakapan di warung kopi, suara burung di pagi hari, hingga keributan di antrean, suara kegelisahan rakyat di media sosial, semua itu adalah bibit ide yang berharga. Hal-hal sederhana ini justru dapat membuka ruang bagi kita untuk memulai menulis.

 

Isnpirasi bertebaran di mana-mana, dalam kegelisahan, kebosanan, kebahagiaan, keheningan, dan kehilangan adalah ruang senyap untuk menuangkan pikiran. Kuncinya hanyalah kebiasaan dalam melatih diri menangkap moment itu. Kita ibaratnya adalah sebuah mata lensa atau kamera siap untuk memotret dan membingkainya dalam tulisan kita. 

 

Menentukan Target Sebagai Bentuk Motivasi dalam Menulis


Kadang saya merasa bingung saat akan menulis. Itu mungkin karena saya belum punya target. Bagi saya, target ini sebagai sebuah peta perjalanan. Ia memberikan arah yang jelas dan mengubah niat menulis menjadi sebuah tindakan nyata. Daripada sekadar bermimpi "menulis sebuah buku," lebih baik tetapkan target yang bisa dicapai, misalnya, "menulis 500 kata setiap hari." Ini lebih real bagi saya dan bahkan lebih mudah saya jangkau.


Maka dari itu, saya mulai dengan target yang sederhana saja, seperti 300 kata per hari, kadang bisa juga lebih. Yang penting adalah disiplin untuk tidak melewatkannya. 


Setiap target yang ingin kita capai akan menjadi langkah pasti menuju pencapaian besar. Dengan cara ini, kita tidak hanya menulis, tetapi juga membangun fondasi kuat untuk menjadi seorang penulis yang produktif.

 

Temukan Keajaiban dalam Menulis Setiap Hari


Ada saat-saat saya duduk dan membuka buku catatan, saya merasakan sesak dan beban berat karena berbagai persoalan. Namun, ketika tangan mulai bergerak dan menuangkan semua isi pikiran, saya menemukan kedamaian. Menulis menjadi ruang pribadi yang menampung segala kegelisahan saya dan mengubah kekalutan pikiran menjadi ketenangan.


Bagi saya, menulis bukanlah tentang menyalahkan hidup atau mempertanyakan ujian yang datang, melainkan tentang memahami diri sendiri. Melalui tulisan, saya belajar menyelami perasaan terdalam, menerima setiap persoalan sebagai pelajaran berharga. 


Jangan Takut Memulai, Cukup Tulis Apa yang Ada di Hati


Dulu, saya pikir menulis sesuatu yang berat, sehinga sulit untuk dilakukan karena memang menulis harus yang lebih spesifik. Tapi ketika saya belajar menulis bebas dari beberapa guru dan juga teman, saya merasa lebih mudah dalam menulis. Saya tidak perlu lagi bengong di depan laptop berjam-jam hanya memikirkan apa yang harus saya tuliskan. 

 

Saya bisa menulis apapun yang saya rasakan saat itu, apa yang menggelisahkan pikiran saya. Saya tuang semua. Dalam istilah saya menulis awal adalah menuang apa saja dulu dalam catatan kita. Tidak peduli bagus atau tidak, menarik atau tidak, bukan itu yang saya pikirkan, tetapi lebih kepada apa yang harus saya tuang sekarang, sehingga saya memenuhi lembar kosong. 

 

Saat menulis sudah berjalan, justru saya menemukan arah dan apa yang menarik yang bisa saya tuliskan. Dan ternyata menulis bebas itu justru bisa menemukan ide dan menangkap hal menarik yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh saya. Tema  menarik banyak bermunculan dari hal yang sederhana. Jadi jangan takut menulis, tuangkan saja apa yang ada di kepala. bebaskan pikiran, biarkan kata mengalir tanpa batas

 

Milikilah Sense of Belonging dalam Menulis


Membangun rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap tulisan adalah hal krusial. Saat saya merasa terikat secara emosional dan intelektual dengan apa yang saya tulis, saya tidak akan membiarkannya terbengkalai. Keterikatan ini membuat saya selalu ingin kembali menulis, bahkan merasa ada yang hilang jika tidak melakukannya.


Rasa chemistry yang kuat ini akan mengubah proses menulis menjadi sesuatu yang menyenangkan dan produktif. Alhasil, setiap tulisan yang kita hasilkan bukan hanya selesai, tetapi juga memiliki makna yang lebih dalam.


Paksakan Diri Menulis Agar Terbiasa

 

Nah ini, bagian tersulit dari menulis adalah memulai. Ada banyak sekali alasan untuk menunda, tidak tahu mau menulis apa, atau merasa tidak berbakat, dan seabrek alasan lainnya yang menjadi tameng sehingga tidak mulai menulis. 


Kita hanya perlu duduk lalu menulis. Saya membiasakan diri menulis 10-30 menit setiap harinya, sebagai langkah awal membentuk kebiasaan tersebut. Malamlah, waktu yang paling mudah bagi saya untuk menulis, karena sepi dan tidak banyak terganggu oleh kegiatan lainnya.


Menulis membutuhkan pembiasaan. Awalnya, saat memaksakan diri terasa tidak nyaman, tapi lama-kelamaan tindakan menulis itu akan menjadi rutinitas yang menyenangkan. Setelah menjadi kebiasaan, menulis tidak lagi seberat dulu, ia akan berubah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Percayalah, bahwa keunggulan bukanlah suatu tindakan, melainkan sebuah kebiasaan, demikian kata para ahli.

 

Jangan Lupa Istirahat

 

Menulis tentunya membutuhkan banyak energi. Saat berpikir untuk merangkai kata, membangun alur, menghubungkan narasi, dan berbagai olah pikir lainnya, dan ini  sangat melelahkan. Istirahat inilah yang akan memberikan kesempatan otak untuk merecharge kembali “baterai” kreativitas kita, sehingga pikiran kembali menjadi segar. 


“Istirahat bukanlah kelemahan, melainkan bagian dari proses” Inilah pesan yang disampaikan oleh Haruki Murakami.

 

Pada akhirnya, perjalanan menulis adalah tentang membentuk kebiasaan. Melalui setiap kata yang ditulis, kita tidak hanya menciptakan karya, tetapi juga menemukan dan memahami diri sendiri. 

Mulailah menulis dan selamat menghadirkan karya terbaikmu!

 

Tulisan ini sejatinya didedikasikan untuk diri sendiri agar lebih konsisten dalam menulis.

 

 



Posting Komentar